Peristiwa tawuran antar mahasiswa di kota Malang pada hari Sabtu 24 Juni 2023 lalu hingga menelan korban meninggal dunia bukanlah hal baru terjadi di Kota Malang yang sering dijuluki kota pelajar. Peristiwa tawuran seperti yang terjadi akhir pekan yang lalu itu jamak terjadi di kota Malang, bahkan intensitasnya bisa tiga atau empat kali dalam setahun atau bisa dikatakan terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.
Peristiwa tawuran yang sering terjadi di kota Malang, baik antar sesama mahasiswa maupun antar mahasiswa dengan masyarakat setempat sudah menjadi keprihatinan semua pihak baik oleh masyarakat kota Malang pada umumnya beserta pemerintahan kota Malang maupun para orang tua dari daerah asal mahasiswa. Ini juga terjadi karena mahasiswa yang dari luar daerah kurang mau bergaul dalam bahasa setempat serawung atau bersosialisasi diri dengan para saudara dari daerah lainnya misal saja mahasiswa dari timur mau cari kos bersama teman dari Jawa yang dari luar kota Malang atau dengan teman dari Sumatra atau Kalimantan sehingga terjadi interaksi sosial dan budaya yang saling melengkapi.
Hampir setiap kali pasca tawuran selalu ada penyelesaian baik secara hukum, maupun secara damai yang diinisiasi oleh aparat penegak hukum dengan melibatkan para pihak yang terlibat tawuran. Bahkan untuk menyikapi peristiwa tawuran yang terjadi pada Sabtu 24 Juni 2023, Pemkot Malang pada hari Selasa (27/06/2023) bapak wali kota Drs. Sutiaji beserta perangkat daerahnya mengundang perwakilan mahasiswa yang terlibat tawuran bersama beberapa tokoh masyarakat dari Indonesia Timur yang tinggal di Malang Raya untuk melakukan dialog untuk mendamaikan para pihak sambil tetap memproses hukum bagi para pelaku. Pada kesempatan yang sama perwakilan tokoh masyarakat dari Indonesia Timur se - Malang Raya menyatakan sikap permohonan maaf kepada masyarakat Malang Raya atas peristiwa tawuran yang mengusik ketenangan masyarakat Malang.
Semua langkah yang telah ditempuh sudah tepat adanya, namun menurut hemat penulis adakah cara lain yang lebih baik agar peristiwa tawuran yang sering terjadi di kota Malang tidak terjadi lagi, misalnya saja semua stakeholder se - kota Malang diundang untuk duduk bersama seperti forum rektor se - Malang Raya bersama Pemkot Malang dengan dinas terkaitnya, Polres dan Kodim untuk membicarakan hal – hal detail seperti mensyaratkan agar semua kampus se – Malang Raya terutama kampus swasta lebih ketat menyeleksi calon mahasiswa baru di kampus atau universitasnya, kampus atau universitas hanya dapat menerima mahasiswa baru dengan nilai rata – rata > 80 , sehingga dengan syarat seperti ini dengan sendirinya calon mahasiswa yang masuk ke kota Malang cukup terseleksi dengan baik sehingga setiap awal tahun pelajaran tidak akan terjadi lonjakan penduduk di kota Malang. Demikian juga kampus – kampus dengan sendirinya akan terseleksi secara alamiah. Bagi kampus atau universitas yang berakreditasi baik akan terus eksis, sementara kampus yang berakreditasi kurang perlu harus ada perbaikan atau mungkin akan tutup dengan sendirinya.
Dengan solusi yang demikian, akan cukup membawa kota Malang menjadi kota yang sungguh – sungguh kota pelajar dan terpelajar. Dapat juga menjadikan kota Malang sungguh menjadi kota yang layak bagi masyarakat di luar Malang terutama masyarakat luar pulau Jawa dalam menimba ilmu sehingga tidak lagi hanya terlihat wow bagi masyarakat luar pulau Jawa yang ingin menyekolahkan anaknya di kota Malang. Apalagi kampus – kampus atau universitas yang sering atau menjadi langganan tawuran antar mahasiswa adalah kampus – kampus atau universitas yang tidak lebih baik dari kampus – kampus atau universitas daerah asal para mahasiswa, penulis menyebut demikian karena kampus atau universitas yang sering terjadi tawuran adalah kampus atau universitas yang mayoritas mahasiswanya adalah mahasiswa dari luar pulau Jawa sebut saja mahasiswa dari Indonesia Timur. Kalau kampus atau universitas di daerah asal para mahasiswa akreditasinya sama dengan atau bahkan lebih baik dari kampus yang dituju di Pulau Jawa, maka alangkah lebih baiknya bila para mahasiswa tersebut kuliah di daerah atau pulau asalnya? Apalagi bila dihitung secara ekonomis biayanya akan jauh lebih ringan bila dilihat dari berbagai aspek seperti biaya transportasi, biaya hidup sehari – hari akan jauh lebih murah karena bila kehabisan dana atau stok makanan anak – anak dapat segera pulang ke rumah orang tuanya masing – masing dan juga akan lebih mudah bagi para orang tua dalam mengawasi putra putrinya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, hanya para orang tua dan calon mahasiswalah yang bisa menjawabnya, karena para orang tua dan anaknyalah yang mengetahui keadaan ekonomi keluarganya serta proses perencanaan yang matang dari keluarga itu sendiri.
Semoga komunikasi dalam keluarga sungguh berjalan baik terlebih dalam memilih universitas bagai anak yang akan melanjutkankan studi dan semoga pula kampus atau universitas se – Malang Raya berani untuk memberi standar tinggi bagi kampus atau universitasnya sehingga menjadi pencetak sarjana yang handal dan siap untuk bersaing di dunia kerja manapun bahkan mungkin menjadi pencetak enterpreneur baru.***
Herman Yoseph Junago, putra Rendu Butowe, Aesea Selatan, Nagekeo, Flores, NTT. Saat ini tinggal dan berdomisili di Malang, Jawa Timur.
0 Komentar