World Health Organization atau biasa disebut WHO adalah organisasi internasional yang didirikan pada tanggal 7 April 1948 yang bermarkas di Jenewa, Swiss. WHO adalah organisasi internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mempunyai tanggungjawab untuk memberikan arah dan kebijakan dalam penanganan kesehatan masyarakat dunia
Sebagai Organisasi Dunia dalam Hal ini World Health Organization (WHO ) tentu saat ini sedang dalam pengembangan vaksin anti Covid 19 melalui WHO Blueprint on Covid -19 ( cetak biru penelitian pengembangan WHO untuk covid -19).
Dengan melihat Penanganan WHO tentu Masyarakat Dunia harus tetap menunggu dan menjalankan berbagai intruksi dan Kebijakan di Negara masing-masing agar bisa keluar dari situasi Pandemi.
Sementara itu situasi di Indonesia bukan lagi dalam pengembangan Vaksin anti virus namun Indonesia saat ini sedang proses pendistribusian vaksin anti virus ke berbagai provinsi yang di mulai sejak awal Januari 2021, dengan target dan gelombang yang sudah dijadwalkan oleh pemerintah.
Kebijakan Pemerintah Indonesia tersebut sebagai upaya penanganan Covid 19 dan juga sebagai bagian untuk mengembalikan situasi Indonesia dari covid 19, ini merupakan pekerjaan yang cukup berat.
Di sisi yang lain Pemerintah sedang Mengupayakan pemulihan ekonomi nasional dengan mendorong program-program strategis agar masyarakat Indonesia terlibat dalam pemulian ekonomi Nasional.
Program Prioritas yang di rencanakan oleh pemerintah Terdapat 6 program prioritas yang menjadi fokus di tahun 2021 yaitu, peningkatan ketahanan pangan, pengembangan konektivitas, peningkatan kesehatan dan lingkungan masyarakat, peningkatan investasi dengan memberikan dukungan pada kawasan strategis nasional, penguatan jaring pengaman nasional lewat program Padat Karya Tunai (PKT) serta pembelian produk rakyat dan pengusaha lokal (UMKM), dan peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim.
Program Prioritas ini sebagai jalan keluar dalam upaya pemulihan Ekonomi Nasional setelah dilanda Pandemi covid 19 sepanjang tahun 2020, Bahkan tidak menutup kemungkinan akan ada keberlanjutan pada tahun 2021 bila upaya pencegahan dan pengobatan tidak maksimal oleh pemerintah. Lalu pertanyaan refleksinya bagaimana dengan petani dalam kehidupan bertani ?.
Bila kita cermati dinamika yang terjadi di dunia akibat pandemi kovid 19, tentu ada banyak dampak, bagi pemerintah pengambil kebijakan maupun masyarakat dan elemen lainya sebagai sasaran kebijakan. Upaya pemulihan ekonomi nasional hari ini masih menunggu kepastian dari dua alternatif skenario yaknik ada atau tidaknya gelombang ke 2 covid 19 dan kecepatan respon pemerintah secara global ( Sekretariat Kabinet Ri). Meski demikian sejak juni 2020 pemerintahan Ri telah meluncurkan berbagai bantuan sosial melalui kementrian yang ada kepada seluruh lapisan masyarakat sesuai ketentuan dan syarat yang berlaku. Hal tersebut bertujuan untuk menopang ekonomi masyarakat pada masa pandemi ini.
Apresiasi perlu kita berikan kepada pemerintah Indonesia dan lembaga nonpemerintah yang telah meluncurkan berbagai bantuan baik secara tunai maupun non tunai tepat sasaran. Upaya tersebut perlu kita pandang dari aspek sosial bukan aspek politik, karena berhubungan dengan kemanusiaan yang adil bukan golongan yang berkepentingan.
Penyaluruan bantuan kepada masyarakat dampak covid 19 tidak sebatas pada proses sesuai mekanisme melainkan juga perlu diperhatikan soal aspek pemanfaatan oleh penerima apakah sudah sesuai maksud bantuan ataukah diluar dari maksud bantuan, sehingga dapat tercapai pemanfaatan yang tepat.
Ancaman covid 19 saat ini telah membatasi hubungan sosial masyarakat secara langsung melalui mekanisme aturan pemerintahan yang berlaku sebut saja membatasi jarak agar tidak tertular virus baik pada lingkup kerja formal maupun pasar sebagai pusat ekonomi masyarakat. Fenomena yang terjadi diberbagai daerah yang pemerintahannya sangat tertib terkait kebijakan tersebut tentu menyulitkan petani tradisional kita untuk mengakses pasar secara langsung. Situasi tersebut mengharuskan petani kita untuk lebih kreatif menghidupkan ekonomi rumah tangga dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.
Petani dan cara hidup baru ( New Normal )
Pola hidup baru yang berlaku di indonesia selama masa pandemi mengharuskan semua lapisan masyarakat untuk hidup sesuai ketentuan umum standar covid 19 yaknik jaga jarak, pakai masker dan mencuci tangan yang populer disebut dengan istilah protokol kesehatan.
Hal Ini adalah cara sederhana namun tentu menjadi rumit bagi petani tradisional kita yang sejak lama telah terbiasa dengan kegiatan pertanian maka bila dikaitkan dengan standar pencegahan covid mungkin sangat berbalik arah. Meski demikian ini adalah keharusan bagi seluruh masayrakat sehingga dapat memutuskan mata rantai penyebaran covid 19.
Prakatek protokol kesehatan saat ini masih dilakukan oleh masyarakat kita dalam menjalankan kegiatan. Sebuah perubahan yang baik terkait pola hidup sehat tidak saja sekedar untuk menjalankan protokol kesehatan namun lebih dari itu untuk mencegah penyakit lainya sepeti diare, dan penyakit menular lainnya. Hal ini merupakan pembelajaran positif terhadap masyarakat kita.
Ruang lingkup petani tentunya diwilayah kampung dan juga kebun bila ada penambahan kebutuhan sembako mungkin juga kepasar terdekat. Inilah siklus petani secara rutin yang kita ketahui bersama dan Kebun adalah hal yang sangat melekat dengan identitas petani.
Dalam keseharian sebagai petani tentu kegiatan yang paling rutin adalah berkebun sebab mereka menyadari bahwa kebun adalah pusat kehidupan yang nyata. Bila kita analogi secara sederhana bahwa kebun adalah sumber kepastian satu contoh sederhana ketika petani menanam benih jagung yang jelas hasilnya pasti tumbuh jagung yang kemudian dimakan untuk bertahan hidup. Gambaran siklus petani diatas, tentu saja peluang penyebaran covid-19 sangat sedikit bila protokol kesehatan telah dijalankan secara baik.
Konsep So’o, Uma dan Rega ( Rumah, Kebun dan Pasar )
Ketika dunia dihebokan dengan perbincangan dengan peningkatan angka kematian yang cukup drastis dari berbagai daerah, manusia diracuni dengan rasa cemas, kekhawatiran dan bahkan berpikir tentang dirinya apakah mampu bertahan hidup tidak saja takut covid, melainkan juga takut dengan persediaan makanan. Hal ini sesungguhnya mengajak kita untuk berpikir tentang petani dalam kehidupan bertani.
Istilah Sa’o, Uma Dan Rega ( Rumah, Kebun dan Pasar ) dipopulerkan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Tananua Flores - Ende. Sebuah LSM yang sangat konsisten berjuang untuk keberlanjutan masa depan petani dan masyarakat desa.
Selama berkarya bersama petani istilah tersebut sebagai spirit dasar untuk petani dalam situasi apapun sebab petani adalah penggerak utama dan kebun adalah industri yang nyata. Memang tidak etis ketika kita dipaksakan untuk menjalankan sebuah konsep sederhana diatas namun apalah arti menjaga sebuah nilai ke-etisan bila konsep yang baik dan realistis harus kita abaikan.
Sebagai petani “sa’o” ( rumah ) merupakan pusat perkumpulan bagi segenap anggota keluarga dalam merencanakan dan evaluasi semua perjalanan dan kegiatan keluarga sepanjang hari dan “uma” (Kebun) adalah pusat penghidupan yang nyata, sesuatu untuk kehidupan dunia ini berawal dari kebun dan dihasilkan oleh tangan petani lalu diantar ke pasar( Rega). Pertanyaan lanjutan masih relevan konsep tersebut sebagai spirit dimasa pandemi ?.
Peran berbagai pihak yang bersentuhan langung dengan keberlanjutan petani mesti menjadi landasn dasar yang harus dilakukan dalam berbagai kegiatan, sebagaimanapun kondisi petani dalam berbagai ancaman tidak bisa terlepas dengan urusan rumah Kebun dan pasar.
Kita membayangkan bila makna “dirumah saja” disaat pandemi, diterjemahkan secara lurus oleh petani kita, maka bagaimana dengan kebun sebagai sumber penghidupan yang nyata bagi manusia. Kita dapat berpikir dan mencari solusi bila perut telah diisi dengan makanan yang bersumber dari kebun petani. Idealis kita akan runtuh bila energi dalam tubuh masih kosong dan kekosongan itu akan terjadi jika petani kita hanya dirumah saja”.
Hal berikutnya adalah pasar, konsep pasar modern saat ini sebetulnya adalah sebuah sistem yang mempermudahkan akses, bukan soal substansi pasar yang ideal. Pasar modern hanya bisa diakses secara langsung oleh elemen masyarakat menengah ke atas, dan sangat sulit dijangkau oleh masyarakat akar rumput atau petani. Para petani tradisional hanya mampu mengakses pasar lokal yang sesungguhnya masih ideal dengan substansi pasar. Karena itu konsep pasar lokal mestinya juga harus dikuatkan melalui sistem yang efektif dan terjangkau sehingga tetap menjadi peluang bagi petani kita untuk mengakses.
Konsep Sa’o, Uma dan Rega, sebagai Spirit sangat ideal bagi petani kita, meski digambarkan hanya sebuah siklus namun perlu kita menjunjung tinggi profesi petani, yang sudah menyelamatkan jutaan jiwa manusia lewat hasil kebun mereka. Sikap solider dari petani memang sangat tinggi meski tak perlu mendapatkan penghargaan seperti dokter dan tenaga medis dimasa pandemi yang berjuang merawat pasien, dengan dua konsekwensi sembuh dan mati. Kepedulian petani tidak saja terbatas pada pasien covid namun sampai pada kelurga para medis dan pemerintah dengan satu konsekwensi yakni bila persediaan makan habis maka mati.
Peran semua pihak terhadap kondisi petani memang harus sejalan dengan urusan covid 19 saat ini. Selain bantuan tunai dan nontunai terhadap masyarakat yang telah tersalur selama ini, juga hal penting lainnya adalah kita diajak untuk terus menghidupkan spirit petani.
Upaya menghidupkan spirit petani dilakukan dengan banyak cara baik secara langsung maupun melalui metode yang efektif agar petani dikuatkan dengan spirit baru yeng bertujuan untuk menjaga konsisten dan keberlanjutan bertani. Pemerintah harus lebih kreatif untuk memperhatikan kondisi petani kita disaat pandemi ini, sebab keterbukaan informasi terkait pemberitaan terbaru mengenai covid 19 diberbagai daerah akan berpengaruh terhadap psikologi petani dalam melakukan kegiatan rutinnya.
Memnghidupkan spirit petani dimasa pandemi ini merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan. Karena spirit merupakan kemenangan yang menjadi prinsip bagi setiap manusia dalam berkarya.
Oleh : Anselmus Kaki Reku
Staf Yayasan Tananua Flores
0 Komentar